Minggu, 17 Januari 2016

KERUSAKAN MECHANICAL SEAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Perguruan Tinggi merupakan suatu institusi yang menjadi wadah awal untuk seorang mahasiswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk membekali diri ketika memasuki dunia kerja nantinya. Akan tetapi, kegiatan perkuliahan saja tidaklah cukup untuk mempersiapkan diri seorang mahasiswa ke dunia kerja tanpa disertai pengalaman di lapangan kerja nyata atau di dunia industri dan pengenalan akan ruang lingkup pekerjaan di lapangan dengan cara langsung ikut terjun ke lapangan.
            Pentingnya pengalaman kerja didunia industri dan pengenalan ruang lingkup pekerjaan inilah yang mendasari Universitas Gunadarma mewajibkan setiap mahasiswanya mengikuti kegiatan Kerja Praktek. Melalui kegiatan Kerja Praktek ini mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman berbagai materi yang telah didapatkan di bangku kuliah dan menerapkannya dalam proses nyata di lapangan.
            Kerja Praktek ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap yang merupakan kilang pengolahan minyak terbesar di Indonesia karena kapasitasnya mencapai 348.000 barrel per hari.
            Indonesia banyak terdapat sumber energi yang dihasilkan oleh alam, salah satunya adalah Minyak Bumi. Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang penting karena dapat digunakan sebagai bahan bakar dan juga pembangkit tenaga listrik. PT. Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang bertugas mengelola minyak bumi di Indonesia, baik dalam hal eksplorasi minyak mentah maupun pengolahan minyak dan gas. PT. Pertamina sebagai perusahaan minyak nasional yang berwenang untuk mengelola semua bentuk kegiatan perminyakan Indonesia.
            Pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang pembangunan nasional adalah dengan tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi spesifikasi, suplai yang berkesinambungan, terjamin dan ekonomis. Pemenuhan kebutuhan BBM merupakan suatu tugas yang berat karena peningkatan kapasitas pengolahan minyak yang dimiliki PT. Pertamina tidak sejalan dengan lonjakan konsumsi BBM yang dibutuhkan masyarakat.
            Kendala yang biasanya terjadi adalah masalah kerusakan pada mesin-mesin rotating equipment yaitu antara lain seperti pompa, kompressor, turbin dan blower. Jika peralatan yang menunjang kegiatan pengolahan mengalami masalah maka akan mengurangi effisiensi dari hasil pengolahan minyak tersebut. Sehingga dalam pengolahannya tidak begitu maksimal. Oleh sebab itu di perlukan perawatan terhadap mesin-mesin yang bekerja untuk mengurangi serta mencegah kerusakan agar dapat menghasilkan pengolahan minyak dan gas yang baik dan bekerja secara maksimal. Sehingga penulis tertarik mengambil judul kerja praktek yang berjudul “Menganalisa Kebocoran Mechanical Seal Pada Pompa 14P7 A/B Di PT.PERTAMINA RU IV Cilacap”

1.2       Permasalahan
            Dari permasalahan yang akan dibahas, diberi batasan-batasan pada permasalahan tersebut, guna memperjelas bagian mana dari persoalan yang akan dikaji, agar tidak menyimpang dari topik permasalahan yang utama. Persoalan yang akan dibahas Salah satu bagian dari permasalahan pada Kebocoran Mechanical Seal pada pompa 14P7 A/B plan 21, history pompa 14P7 A/B atau Plan 21 dan Plan 23, dan penggatian plan 21 ke plan 23.

1.3       Batasan Masalah
            Dalam laporan kerja praktek ini, pembahasan masalah akan dibatasi pada permasalahan mengenai pompa sentrifugal. Ruang lingkup yang dibahas adalah fungsi pompa, bagian-bagian utama pompa, penyebab kerusakan, solusi perbaikan serta langkah-langkah pembongkaran dan pemasangan pompa.





1.4       Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.    Mengetahui kerusakan pada pompa 14P7 A/B, yaitu kebocoran pada Mechanical Seal pompa tersebut.
2.    Mengetahui macam-macam komponen pada Pompa 14P7 A/B.

1.5       Metode Penelitian
            Dalam pengerjaan laporan ini, metodologi yang digunakan secara umum dapat disebutkan dalam langkah-langkah berikut :
1.      Studi literatur, yaitu dengan mencari buku-buku laporan-laporan referensi yang sesuai dengan topik yang diangkat.
2.      Observasi, yaitu dengan berkunjung ke tempat-tempat yang menyediakan data untuk pengerjaan laporan ini.
3.      Konsultasi dengan pembimbing Kerja Praktek dan staff PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV lainnya yang dapat menambah wawasan tentang topik yang diangkat.
4.      Mencari data-data tambahan yang diperlukan dengan mencari di Internet.

1.6       Sistematika Penulisan
            Sistematika penulisan dari Laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
BAB I          PENDAHULUAN
                     Berisi semua tentang pelaksanaan kerja praktek secara menyeluruh,    seperti:
1.1    Latar Belakang
1.2    Permasalahan
1.3    Batasan Masalah
1.4    Tujuan Penulisan
1.5    Metode Penulisan
1.6    Sistematika Penulisan
1.7    Sejarah Perusahaan

BAB II         LANDASAN TEORI
Berisi tentang penjelasan mengenai Rotating Equipment (RE), pompa khususnya pompa sentrifugal, jenis-jenis pompa, bagian pompa sentrifugal, cara kerja, dan pengertian Mechanical Seal, beserta fungsi, cara kerja, dan materiannya yang ada di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU IV Cilacap.
BAB III       PEMBAHASAN MASALAH
Berisi tentang permasalahan pada Kebocoran Mechanical Seal pada pompa 14P7 A/B plan 21, history pompa 14P7 A/B atau Plan 21 dan Plan 23, dan penggatian plan 21 ke plan 23.
BAB IV       KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan kerusakan Mechanical Seal dan modifikasi plan 21 menjadi plan 23.

1.7.      Identitas Perusahaan
            Nama Perusahaan        : PT. PERTAMINA RU IV Cilacap
            Jenis Badan Hukum    : Persero Terbatas (PT)
            Alamat                         : PT. Pertamina (Persero) Revinery Unit IV
                                    JL. MT. Haryono No. 77, Cilacap, Jawa Tengah,                               53221.
Berdiri                          :
Telepon                        :
Status Perusahaan       :
Bidang Usaha              :
Luas Area                    :
Sertifikat                      :




1.7.1.   Sejarah Perusahaan
                        Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu sumber daya yang penting bagi Indonesia adalah minyak dan gas bumi, karena peranannya yang dominan dalam menunjang pembangunan di tanah air. Kendati telah dieksploitasi selama hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diberdayakan. Tercatat baru sekitar 30 cekungan yang telah dieksploitasi dan umumnya berada di wilayah barat Indonesia. Diperkirakan masih ada 30 cekungan lagi di wilayah timur yang masih menunggu sentuhan eksplorasi dan eksploitasi di masa depan.
                        Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menghasilkan energi baik untuk bahan bakar maupun untuk pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk keperluan dalam negeri, juga diperuntukkan menambah devisa melalui ekspor Migas. Seiring dengan perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia maka kebutuhan energi akan meningkat dari tahun ke tahun.
                        Perkembangan penggunaan minyak bumi dewasa ini terus berkembang dan semakin meningkat. Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang masih digunakan, terutama untuk pembangkit tenaga listrik serta sebagai baham bakar berbagai jenis mesin. Konsumsi minyak bumi ini terus meningkat terutama untuk keperluan dalam negeri diantaranya mencapai 34 % sebagai bahan bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan pulau Jawa.
                        Untuk itu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 19/1960 Tentang Perusahaan Negara dan UU No. 44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Atas dasar kedua Undang-Undang tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu:
1.         PN PERTAMIN
2.         PN PERMINA
Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang usahanya meliputi bidang gas dan minyak bumi dengan kegiatan sebagai berikut:
a.    Eksplorasi
b.    Eksploitasi
c.    Pemurnian dan pengelolaan
d.   Pengangkutan
Kemudian, kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA. Untuk kelanjutan dan perkembangannya, maka Pemerintah mengeluarkan UU No. 8/1971 Tentang PERTAMINA sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak Dan Gas Bumi di Indonesia. Kemudian berubah menjadi PT PERTAMINA (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU no. 22 th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
PERTAMINA memiliki unit-unit operasi yang tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan Produksi, 7 Refinery Unit, 8 Unit Pemasaran. Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, maka kebutuhan akan produk minyak bumi akan semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun Refinery Unit minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun 1974 dibangun kilang minyak di Cilacap yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak pelumas dan aspal.
Pembangunan kilang di Cilacap merupakan pembangunan salah satu dari unit-Refinery Unit yang ada di Indonesia. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada di bawah tanggung jawab Direktorat Hilir PERTAMINA. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan Refinery Unit terbesar yang dikelola PERTAMINA secara keseluruhan yang dilihat dari hasil produksinya.
            Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk BBM dan non-BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri. Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, dan Kilang Paraxylene.
            Unit-unit pengolahan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh Pertamina terbagi atas 7 lokasi yaitu :
1. RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), sudah tidak beroperasi sejak tahun 2006.
2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 barrel/hari.
3. RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan), kapasitas 135.000 barrel/hari.
4. RU IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari.
5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 270.000 barrel/hari.
6. RU VI Balongan (Jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari.
7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari.

Gambar 1.1. Lokasi Unit Pengolahan Pertamina Seluruh Indonesia[1]

Letak PT. PERTAMINA RU IV Cilacap dapat dilihat pada gambar di bawah ini :







Gambar 1.2 Peta Lokasi Parik PT.PERTAMINA RU IV Cilacap[1]

            1.7.2    Tujuan Berdirinya Perusahaan
                        Visi, Misi, Motto, dan Logo PT. PERTAMINA
      Visi Pertamina
                  Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia”
        Misi Pertamina
                             “Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan baker nabati secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat”
      Motto Pertamina
                              “Sikap jujur, tegakkan disiplin, sadar biaya, dan puaskan pelanggan”
      Logo dan Slogan PT. PERTAMINA
                              Rencana perubahan logo sudah dipikirkan sejak 1967 saat setelah terjadinya krisis pada Pertamina. Namun, program tersebut tidak dapat dilaksanakan karena terjadinya adanya perubahan kebijakan (pergantian dewan direksi). Pertimbangan mendasar diperlukannya pergantian logo ini adalah agar dapat menumbuhkan semangat baru bagi seluruh karyawan, adanya perubahan corporate culture pada seluruh pekerja, menimbulkan image yang lebih baik di antara global oil  dan gas companies, serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan- perubahan yang terjadi, antara lain :
1.      Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan.
2.      Perubahan strategi perusahan dalam menghadapi persaingan pasca  PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru.
               Pertamina memiliki slogan yaitu Semangat Terbarukan, yang berarti semangat kerja yang benar-benar baru, ide-ide baru, kemampuan berimajinasi, dan kecepatan berinovasi. Dengan slogan ini diharapkan prilaku dari jajaran pekerja Pertamina akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi.
 










Gambar 1.3 Logo Baru Pertamina[1]

Elemen logo merupakan representasi huruf Pertamina yang membentuk anak panah dengan arah ke kanan. Hal ini berarti PT Pertamina (Persero) bergerak melesat maju dan progresif. Secara keseluruhan, logo Pertamina menggunakan warna – warna yang berani. Hal ini menunjukkan langkah besar kedepan yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis.
Warna-warna tersebut yaitu :
BIRU       : Mencerminkan Handal, Dapat Dipercaya, Dan Bertanggung Jawab.
HIJAU     : Mencerminkan Sumber Daya Energi Yang Berwawasan Lingkungan.
MERAH    :         Keuletan, Ketegasan Dan Keberanian Menghadapi Berbagai Macam Keadaan.
·        Nilai-nilai PERTAMINA
Dalam mencapai visi misinya, PERTAMINA berkomitmen untuk menerapkan tata nilai sebagai berikut :
Ø  Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola komporasi yan baik.
Ø  Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
Ø  Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggan bangsa.
Ø  Custumer Focused (Fokus pada pelanggan)
Berorientasi pada pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelangan.
Ø  Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis sehat.
Ø  Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis yang tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
            Visi dan Misi PT. Pertamina RU IV Cilacap
·         Visi PT. Pertamina RU-IV
            ”Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara dan kompetitif di Asia pada tahun 2015”

·         Misi PT. Pertamina RU-IV
            ”Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM dan NBM untuk memenuhi kebutuhan pasar, dengan tujuan memuaskan konsumen, meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan meningkatkan kinerja perusahaan yang berwawasan lingkungan dan berstandar internasional yang dikelola secara profesional”

·         Motto Budaya Kerja PT. Pertamina RU-IV
       ”Bekerja dalam kebersamaan untuk keunggulan bersama”
      
·        Strategi PERTAMINA RU IV Cilacap
v  Penyempurnaan konfigurasi kilang
v  Orientasi maksimum profit
v  Berwawasan lingkungan
v  Peningkatan kehandalan peralatan operasi
v Peningkatan teknologi informatika dan optimasi percepatan pembangunan budaya kerja baru.

1.7.3    Struktur Organisasi PT. PERTAMINA RU IV Cilacap
                        Berdasarkan struktur organisasi Kilang PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager, yang tersusun sebagai berikut :
A.    Engineering & Development Manager
B.     Legal & General Affairs Manager
C.     Health, Safety Environment Manager
D.    Procurement Manager
E.     Reliability Manager
F.      OPI Coordinator
G.    Refinery Internal Audit Cilacap Manager
H.    Marine Region IV Manager
I.       Refinery Finance Offsite Support Region III Manager
J.       Human Resources Area Manager
K.    IT Area Manager
L.     Hospital Cilacap Manager
Senior Manager Operating an Manufacturing membawahi langsung :
A.    Production Manager I
B.     Production Manager II
C.     Refinery Planning & Optimization Manager
D.    Maintenance Planning & Support Manager
E.     Maintenance Execution Manager
F.      Turn Around Manager
                       


























Struktur organisasi PERTAMINA RU IV Cilacap adalah sebagai berikut:
Gambar 1.4 Struktur organisasi PERTAMINA RU IV Cilacap[1]

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1         Rotating Equipment
            Rotating Equipment adalah peralatan mekanis yang berfungsi untuk menambahkan energi kinetik pada suatu proses yang bekerja dengan cara berputar. Energi kinetik tersebut digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat lain. Peralatan rotating banyak digunakan di perindustrian. Secara umum Rotating Equipment terdiri atas :
a.       Pompa
b.      Turbin
c.       Kompresor
d.      Blower
e.       Dan lain – lain.

            Didalam laporan ini hanya akan dijelaskan perihal Pompa khususnya tipe Pompa Sentrifugal sesuai dengan inti dari laporan ini.

2.2         Pompa
            Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian atau hambatan gesek.
            Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran.
2.3         Klasifikasi Pompa
            Pompa di klasifikasikan menjadi 2 yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump).
         1.         Pompa Kerja Positif (Positive Displacement Pump)
            Yaitu pompa yang memanfaatkan perubahan volume ruang, yaitu kenaikan             tekanan fluida disebabkan oleh penurunan volume ruangan yang            ditempatinya.
         2.         Pompa Dinamis (Non Positive Displacement)
            Yaitu pompa yang di mana terdapat impeller yang berputar dan mengubah energi kinetik menjadi tekanan atau kecepatan yang diperlukan untuk memompa fluida.
Pompa Positive Displacement                                              Pompa Dinamis














Gambar 2.1 Klasifikasi Pompa[2]
            Pada pompa kerja positif kenaikan tekanan cairan di dalam pompa disebabkan oleh pengecilan volume ruangan yang ditempati cairan tersebut. Adanya elemen yang bergerak dalam ruangan tersebut menyebabkan volume ruangan akan membesar atau mengecil sesuai dengan gerakan elemen tersebut.
Secara umum pompa kerja positif diklasifikasikan menjadi :
1.             Pompa Reciprocating
            Pompa reciprocating  adalah pompa dimana energi mekanik dari penggerak pompa diubah menjadi energi aliran dari cairan yang dipompa dengan menggunakan elemen yang bergerak bolak-balik di dalam silinder. Elemen yang bergerak bolak-balik itu dapat berupa piston atau plunyer. Ketika volume silinder membesar akibat gerakan piston atau plunyer maka tekanan dalam silinder akan turun dan relatif lebih kecil daripada tekanan pada sisi isap, sehingga fluida pada sisi isap akan masuk ke dalam pompa. Sebaliknya ketika volume silinder mengecil akibat gerakan piston atau plunyer maka tekanan dalam silinder akan naik sehingga fluida akan tertekan keluar. Pompa reciprocating  mempunyai tekanan yang tinggi sehingga mampu melayani sistem dengan head yang tinggi. Namun kapasitas pompa ini biasanya rendah. Tekanan yang dihasilkan tidak tergantung pada kapasitas tetapi tergantung pada daya penggerak dan kekuatan bahan. Pompa ini juga dapat bekerja pada pengisapan kering.
            Kekurangan pompa reciprocating  adalah alirannya tidak kontinu (berpulsa) dan tidak steady yang disebabkan adanya gaya enersia akibat gerakan bolak-balik oleh piston atau plunyer.

2.             Pompa Rotari
            Pompa rotari adalah pompa perpindahan positif dimana energi mekanis ditransmisikan dari mesin penggerak ke cairan dengan menggunakan elemen yang berputar (rotor) di dalam rumah pompa (casing). Pada waktu rotor berputar di dalam rumah pompa, akan terbentuk kantong-kantong yang mula-mula volumenya besar (pada sisi isap) kemudian volumenya berkurang (pada sisi tekan) sehingga fluida akan tertekan keluar. 

Beberapa pompa rotari yang banyak ditemukan antara lain :
a.       Pompa roda gigi luar, rotornya berupa sepasang roda gigi yang berputar di dalam rumah pompa. Roda gigi itu dapat berupa gigi heliks-tunggal, heliks-ganda atau gigi lurus
b.      Pompa roda gigi dalam, mempunyai rotor yang berupa roda gigi dalam yang berpasangan dengan roda gigi luar yang bebas (idler).
c.       Pompa kam dan piston, disebut juga pompa plunyer rotari, terdiri dari lengan eksentrik dan lengan bercelah pada bagian atasnya.
d.      Pompa cuping (pompa lobe), mempunyai dua rotor atau lebih dengan dua, tiga, empat cuping atau lebih pada masing-masing rotor.
e.       Pompa sekrup, mempunyai satu, dua, tiga sekrup yang berputar dalam rumah pompa yang diam. 

Gambar 2.2 Pompa roda gigi luar
[2]


Gambar 2.3 Pompa roda gigi dalam
[2]


Gamber 2.4 Pompa rotari kam & piston
[2]


Gambar 2.5 Pompa rotari dua cuping (lobe)
[2]


Gambar 2.6 Pompa rotari tiga cuping
[2]

Gambar 2.7 Pompa rotari empat cuping
[2]

Gambar 2.8 Pompa sekrup tunggal
[2]


Gambar 2.9 Pompa sekrup ganda
[2]

3.             Pompa vane
            Rotornya berupa elemen berputar yang dipasang eksentrik dengan rumah pompa. Pada keliling rotor terdapat alur-alur yang diisi bilah-bilah sudu yang dapat bergerak bebas. Ketika rotor diputar sudu-sudu bergerak dalam arah radial akibat gaya sentrifugal, sehingga salah satu ujung sudu selalu kontak dengan permukaan dalam rumah pompa membentuk sekat-sekat ruangan di dalam pompa.



Gambar 2.10 Pompa tiga sekrup
[2]

Gambar 2.11 Pompa vane
[2]

            Pompa rotari banyak digunakan pada pemompaan cairan yang viskositasnya lebih tinggi dari air. Keuntungan lain adalah aliran yang dihasilkan hampir merata (uniform), karena putaran rotor relatif konstan

2.4       Pompa Sentrifugal

            Beberapa standar yang menjadi acuan pompa sentrifugal adalah API (American Petroleum Institute), ISO (International Standards Organization), ANSI (American National Standards Institute), DIN (Deutsches Institut für Normung), NFPA (Nation Fire Protection Agency), dan AS-NZ (Australia-New Zealand). Di antaranya, yang umum digunakan adalah API 610, ISO 5199, ISO 2858, ANSI B73.1, DIN 24256, dan NFPA-21.

                Pompa API sering digunakan dalam dunia industri minyak dan gas bumi, di mana dirancang dengan ANSI. Pompa API diranvang untuk fluida cair (liquid) non-korosif pada temperature dan tekanan tinggi, di mana biasanya memiliki impeller jenis enclosed dengan balance hole, yang mana berfungsi untuk mereduksi tekanan pada stuffing box dan membalance beban aksial.

Gambar 2.12 Pompa Sentrifugal
           
2.4.1        Bagian-bagian Utama Pompa Sentrifugal
            Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat seperti gambar  berikut :


Gambar 2.13 Rumah Pompa Sentrifugal
A.      Stuffing Box
     Stuffing Box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah dimana       poros pompa menembus casing.
B.      Packing
          Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing         pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.
C.      Shaft (poros)
          Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama        beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar   lainnya.
D.      Shaft sleeve
          Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage       joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.
E.      Vane
          Sudu dari impeller sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller.
F.      Casing
          Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet dan   outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan           mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single       stage).
G.     Eye of Impeller
          Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.
H.      Impeller
          Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.
I.       Wearing Ring
          Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan cara memperkecil celah antara casing  dengan impeller.

J.       Bearing
          Beraing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial. Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.
 K.    Casing
          Merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan diffusor (guide vane), inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah aliran dari impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi energi dinamis (single stage).

2.4.2    Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal
            Dalam aplikasinya digunakan tekanan atmosfer, atau tekanan lainnya, untuk memberi gaya pada fluida yang kemudian impeller akan mengeluarkan fluida dengan kecepatan keluar yang lebih tinggi. Kecepatan ini kemudian dikonversi ke energi tekanan. Pompa sentifugal meningkatkan tekanan dengan mempercepat fluida kerja lalu memperlambatnya.
            Fluida masuk melalui suction pompa ke impeller, lalu terperangkap di antara sudu impeller. Impeller yang berputar membuat fluida bergerak cepat dan terjadi peningktan kecepatan. Dengan Hukum Bernoulli di mana ketika kecepatan meningkat maka terjadi penurunan tekanan, dan dengan adanya daerah bertekanan-rendah di impeller, maka fluida yang meninggalkan diameter luar impeller akan menghantam dinding dalam volute. Dengan begitu kecepatan akan menurun dan terjadi peningkatan tekanan, yang berarti kecepatan kini dikonversi menjadi head atau tekanan di discharge. Karena diameter impeller dan kelajuan motor cenderung konstan maka pompa sentrifugal tergolong ke mesin dengan head  (tekanan) konstan.


2.4.3  Macam-macam Pompa Sentrifugal
Tabel 2.1 Macam Pompa Sentrifugal
Parameter
Klasifikasi
Penjelasan
Arah aliran fluida melalui impeller
Radial-flow
Aliran yang meninggalkan impeller melalui sebuah bidang tegak lurus poros
Axial-flow
Aliran yang meninggalkan impeller bergerak di sepanjang permukaan silinder ke luar
Mixed-flow
Aliran yang meninggalkan impeller bergerak bercampur pada arah radial dan aksial
Letak fluida
Positif
Fluida yang diisap sejajar (atau di atas) suction pompa.
Negatif
Fluida yang diisap berada di bawah suction pompa
Jumlah suction
Single-suction
Impeller dilalui fluida hanya dari satu sisi
Double-suction
Impeller dilalui fluida dari kedua sisi
Konstruksi mekanis impeller
Closed
Sudu tertutup
Open
Sudu terekspos
Semi-open
Sudu di antara terbuka dan terekspos
Jumlah impeller
Single-stage
Satu impeller
Multistage
Beberapa impeller bertahap
Casing
Axially split
Casing berada pada bidang axis poros
Radially split
Casing tegak lurus terhadap axis poros
Kedudukan bearing
Overhung
Rotor disangga dalam bentuk cantilever

In-between
Impeller dan rotor di antara bearing di kedua sisi
Shaft connection
Close-coupled
Tanpa coupling di antara motor dan pompa
In-line
Flange suction dan discharge berada di sepanjang satu axis dan dapat disangga di antara pipeline
Orientasi suction flange
Horisontal

Vertikal

Arah rotasi poros
Horisontal

Vertikal


2.4.4         Macam-macam pompa Sentrifugal menurut Standard API 610

Tabel 2.2  Macam Pompa Sentrifugal Menurut Standar API 610
Tipe Pompa
Orientasi
Kode
Overhung
Flexible coupled
Horizontal
Foot-mounted
OH1
Centerline-supported
OH2
Vertical, in-line with bearing bracket

OH3
Rigidly coupled
Vertical in-line

OH4
Close-coupled
Vertical in-line

OH5
High-speed integrally geared

OH6
Between bearing
1- and 2- stage
Axially split

BB1
Radially split

BB2
Multistage
Axially split

BB3
Radially split
Single casing
BB4
Double casing
BB5
Vertically suspended
Single casing
Discharge through column
Diffuser
VS1
Volute
VS2
Axial flow
VS3
Separate discharge
Line shaft
VS4
Cantilever
VS5
Double casing
Diffuser

VS6
Volute

VS7

2.4.5    Komponen-komponen Pompa Sentrifugal
1.  Impeller
            Impeller mengkonversi putaran mekanis ke kecepatan fluida, yang beroperasi seperti roda berputar. Impeller biasa dibentuk dengan proses casting, sangat jarang melalui proses fabrikasi dan pengelasan. Beberapa impeller dilengkapi balance hole dan back vane untuk mereduksi beban aksial yang diakibatkan tekanan hidraulik. Untuk mereduksi losses akibat resirkulasi dan untuk meningkatkan efisiensi volumetrik maka ditambahkan wearing ring.
            Impeller dibedakan dalam tiga jenis, seperti yang sudah disebutkan, closed, open, dan semi-open. Closed impeller terdiri dari radial vane yang tertutup dari kedua sisi oleh dua disk yang disebut shroud, di mana jenis ini memiliki wear ring pada suction eye dan bisa juga memilikinya pada discharge eye. Semi-open impeller merupakan yang paling efisien dilihat dari pengeliminasian gesekan disk, namun beban aksial dari impeller ini umumnya lebih besar dari closed impeller. Open impeller memiliki tiga jenis shroud: fully-calloped, partially shroud, dan vortex.
            Konstruksi impeller bergantung pada specific speed pompa, dan dibagi menjadi jenis pada gambar berikut:
Gambar 2.14 Jenis Impeller Berdasarkan Specific Speed

2.    Poros (Shaft)
Pasangan rotor pompa meliputi poros, impeller, sleeve, seal, bearing¸dan coupling halve, di mana poros kemudian menjadi kunci utama rotor pompa. Poros menjadi bagian yang terkena beban selama operasi yang dapat berupa tension, compression, bending, dan torsi, yang dapat mengakibatkan kegagalan lelah (fatigue).
3.    Rumah Pompa
Pada keluaran impeller kecepatan fluida dapat mencapai 30-40 m/s yang lalu akan direduksi hingga 3-7 m/s di discharge. Reduksi ini terjadi di pump casing oleh recuperator, di mana energi kinetik fluida dikonversi ke energi tekanan. Konversi energi ini diharuskan memiliki loss yang rendah agar tidak banyak mempengaruhi efisiensi pompa. Berbagai jenis recuperator adalah vaneless guide ring, concentric casing, volute casing, diffuser ring vanes, diagonal diffuser vanes, dan axial diffuser vane.

4.    Bantalan (Bearing)
Fungsi bearing pada pompa sentrifugal adalah menahan poros atau rotor untuk tetap berada pada garis arah (alignment) yang benar terhadap bagian stationary di bawah beban  radial dan aksial. Maka itu terdapat dua bearing, yaitu radial bearing yang memposisikan secara radial dan thrust bearing yang memposisikan secara aksial.

5.    Mechanical Seal
Mechanical seal dilengkapi oleh dua permukaan lekat yang sempurna, satu diam (bagian stationary) dan lainnya bergerak (bagian rotary). Ketahanan kebocoran, yang pada gland packing berada di sepanjang axis dari poros, berada pada sumbu ortogonal. Permukaan seal tidak dapat saling bekerja tanpa adanya pelumas karena dapat mengakibatkan keausan dengan cepat  dan malah dapat mengakibatkan kebocoran. Biasanya fluida sealant akan diinjeksi ke seal housing pada tekanan tertentu, yang mana akan  melubrikasi dan mendinginkan face.

      
                                    Gambar 2.15 Mechanical Seal

2.5         Mechanical Seal
              Adalah suatu alat mekanis yang berfungsi untuk mencegah kebocoran fluida dari ruang/wadah yang memiliki poros berputar. Pengesilan terjadi karena alat mekanis tersebut memiliki 2 buah komponen muka akhir (end faces) pada posisi 90° terhadap sumbu poros yang senantiasa kontak satu dengan lainnya, karena adanya gaya axial dari pegas/spring. Mechanical seal umumnya terpasang pada bermacam jenis pompa seperti, centrifugal pump, gear pump, screw pump. Juga bisa dipasang pada peralatan mixer/agitator serta centrifugal/screw compressor. Dengan demikian bisa diambil simpulan definisi Mechanical Seal adalah Sebuah alat pengeblok cairan/gas pada suatu rotating equipment.
              Mechanical Seal yang terpasang pada peralatan pompa desainnya disesuaikan dengan kondisi operasi pompa tersebut, biasanya tergantung dengan faktor – faktor berikut:
a.       Tekanan cairan (Pressure)
b.      Suhu cairan (Temperatur)
c.        Jenis cairan, Vapour pressure
d.      Ukuran poros (Shaft size)
e.       Kecepatan putaran (Spead atau RPM)

2.5.1        Fungsi Mechanical Seal
            Fungsi dari Mechanical Seal yaitu untuk mencegah terjadinya kebocoran fluida yang mengalir padanya. Mechanical Seal juga fungsi sebagai pengganti dari Gland Packing yang fungsinya sama untuk mencegah ke bocoran Fluida, namun Gland Packing terlalu sederhana untuk mencegah terjadinya kebocoran dan bila terjadi kerusakan pada Gland packing kita harus menggantinya dengan yang baru, beda halnya dengan Mechanical Seal, kita bisa merekondisi kembali Mechanical Seal tersebut dengan hanya Misalnya mengganti Seal Facenya saja, atau Melapping ulang Seal Facenya saja.
            Seal faces adalah bagian paling penting, paling utama dan paling kritis dari sebuah Mechanical Seal dan merupakan titik primary sealing. Terbuat dari bahan Carbon dengan serangkaian teknik pencampuran, atau keramik atau Ni-resist, atau Silicone Carbide atau Tungsten Carbide. Seal faces berarti ada 2 sealface. Yang satu diam dan melekat pada dinding pompa, dan yang lainnya berputar, melekat pada shaft. Yang berputar biasanya terbuat dari bahan yang lebih lunak, yaitu :
Gambar 2.16 Komponen Mechanical Seal

Keterangan :
-    2                 : Stationary Sealface (primary sealing)
-    3                 : Seal Ring (primary sealing)
-    P                 : Rotaryface O-Ring/Shaft Packing (secondary sealing)
-    G                : Gland gasket (secondary sealing)
-    6                 : Stationaryface O-Ring/insert mounting (secondary sealing)
-    S & 13        : Set screw
-    C                : Spring
            Pada gambar diatas, titik pengeblokan utama (primary sealing) adalah pada contactface, titik pertemuan 2 buah sealfaces (komponen 2 dan 3). Jalur kebocoran kedua diblok oleh suatu O-Ring atau V-Ring (komponen P). Sedangkan jalur kebocoran ketiga dan keempat diblok dengan gland gasket (komponen G) dan stationary face O-Ring. Point B, C & D disebut dengan secondary sealing.    
Tabel 2.3 Perbedaan Seal Face
ROTATING
STATIONARY
Carbon
Ceramic
Carbon
Tungsten Carbide
Silicone Carbide
Silicone Carbide
Silicone Carbide
Tungten Carbide
             
Jadi, Mechanical Seal berfungsi untuk mencegah kebocoran dari fluida baik cair atau gas yang melewati celah antara shaft dan wadah fluida.

2.5.2        Komponen dan Meterial Mechanical seal
              Mechanical Seal terdiri dari 3 buah komponen yaitu :
1.        Rotating Unit (Bagian yang berputar).
2.        Stationary Unit (Bagian yang diam).
3.        Metal Hardware (Komponen logam) seperti, sleeve, gland plat, collar.
Gambar 2.17 Bagian Rotating dan Stationary

          Selain tersusun oleh 3 kelompok besar tersebut di atas mechanical seal  memiliki komponen – komponen yang secara umum disebut :
1.        Mating Ring (Stationary Face)
2.        O-Ring/Gasket Mating Ring
3.        Primary Ring (Rotary Face)
4.        O-Ring/Gasket Primary Ring
5.        Spring
6.        Retainer 
7.        Disc
8.        Snap Ring
9.        Set Screw
10.    Cap Screw
11.    Shaft Sleeve
12.    O-Ring/Gasket Shaft Sleeve
13.    Gland Plate
14.    O-Ring/Gasket Gland Plate
15.    Collar 
16.    Space

2.5.3        Cara Kerja Mechanical Seal
            Fungsi utama mechanical seal  dalam suatu pompa adalah untuk mencegah kebocoran cairan dari dalam pompa ke luar (atmospheric side). Terutama adalah cairan dari celah antara poros dengan komponen statik rumah pompa.

Gambar 2.18 Pompa Bocor

Dalam mechanical seal  ada 3 titik pengesilan yaitu :
1.      Primary Seal, titik pengesilan yang terjadi pada Face Contact (Primary Ring VS Mating Ring)
2.      Secondary Seal, titik pengesilan untuk mencegah kebocoran dibagian I.D. (Inside Diameter) Primary Ring 
3.      Tertiary Seal, titik pengesilan untuk mencegah kebocoran dibagian O.D.(Outside Diameter) Mating Ring 


Gambar 2.19 Tiga titik pengesilan pada Mechanical Seal

             Di dalam mechanical seal  ada 2 kelompok komponen yang disebut Rotating Unit (bagian yang berputar) dan Stationary Unit  (bagian yang diam). Rotating unit  terpasang pada poros pompa dan berputar seiring dengan putaran poros adapun stationary unit terpasang pada bagian pompa yang diam yang disebut Gland Plate. Di dalam Rotating Unit  ada komponen yang disebut Primary Ring (rotary face)) , komponen ini selalu kontak dengan Mating Ring (Stationary face) karena memperoleh gaya dorong dari spring  (pegas) serta hydrodynamic fluid  dari tekanan cairan di dalam pompa. Bidang kontak antara Primary Ring  dan Mating Ring  merupakan titik pengesilan utama (primary sealing) dari sebuah mechanical seal.
2.6         Analisa Getaran Pompa Sentrifugal
Getaran yang timbul pada poros pompa sentrifugal adalah satu fenomena yang terjadi akibat dari jarak antara kedua kopling, tebal dan lebar sabuk serta konfigurasi posisi pemasangan sabuk pada kopling. Getaran banyak dipakai sebagai alat untuk melakukan analisis terhadap mesin-mesin baik dengan gerak maupun translasi. Pengetahuan akan getaran dan data-data yang dihasilkan sangat penting untuk perawatan maupun troubleshooting.
Kemampuan ini bisa membantu perusahaan mereduksi terjadinya downtime dan dapat meningkatkan keuntungan baik dari segi produksi maupun dari umur mesin yang lebih panjang. Getaran yang timbul akibat gaya siklik melalui elemen-elemen mesin yang ada, dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan energi didesifikasi melalui struktur dalam bentuk getaran.
Dampak dari getaran adalah terjadinya suara bising, turunnya kinerja dan performa pompa serta dapat merusak komponen pada pompa terutama pada poros dan bantalan. Pada penelitian ini divariasikan, jarak kopling, tebal dan lebar sabuk serta konfigurasi posisi pemasangan sabuk pada kopling. Dengan variasi tersebut dapat diamati dan diketahui perilaku getaran yang terjadi dengan cara mengukur dengan mengunakan alat akur getaran vibrometer VQ-400-A OMETRON yang terhubung dengan labjak U3-LV diteruskan ke PC dalam bentuk tegangan listrik digital ke tegangan listrik analog. Model ini mengukur getaran pada arah horizontal atau sumbu X dimana titik fokus laser pada poros pompa yang berputar. Untuk menampilkan hasil pengukuran digunakan labjak yang terhubung ke PC laptop. Penelitian ini menunjukkan bahwa sabuk dengan ukuran 4,5 mm dan lebar 98 mm dengan jarak flens 7,5 cm dengan posisi pemasangan sabuk luar dalam adalah yang paling baik dimana getaran yang dihasilkan cukup rendah 1,38 mm.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pemilihan ukuran sabuk, jarak antara kedua kopling serta model konfigurasi pemasangan sabuk yang paling baik pada kopling flens. Akibat getaran tersebut dapat merusak poros, bantalan, timbulnya noise, penurunan head, penurunan kapasitas hingga penurunan efisiensi dari pompa tersebut.
Menurut kurva tingkat kondisi, maka salah satu cara yang paling untuk mendeteksi awal gejala kerusakan pada mesin termasuk pompa adalah dengan menggunakan respon vibrasi.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Sinyal getaran dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendeteksi dini getaran yang terjadi pada poros pompa sentrifugal.
2. Memberikan informasi mengenai metode pengujian fenomena getaran pada poros pompa sentrifugal dan sebagai acuan untuk menghindari terjadinya getaran yang lebih besar.

2.20 Pompa sentrifugal dengan sistem penyambungan kopling flens sabuk



BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Sistem Kerja  Pompa
            Sistem Kerja Pompa 14P7 A Plan 21 di PT. Pertamina RU 4 Cilacap

START
IMPELLER
COOLER
MECHANICAL SEAL
FINISH
 










Gambar 3.1 Flow Proses Pendinginan Pompa

3.1.1    Impeller
            Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya. Impeller yang berputar dan mengubah energi kinetik menjadi tekanan atau kecepatan yang diperlukan untuk memompa fluida.
3.1.2    Cooler
            Cooler merupakan alat penukar kalor yang berfungsi sebagai pendingin atau dengan kata lain berfungsi untuk mendinginkan fluida panas pada proses. Prinsip kerja Cooler adalah menarik udara segar dari luar, kemudian menyaring dan mendinginkannya dengan menggunakan CEL PAD sebagai Filter. Sehingga debu dan udara panas dari dalam ruangan akan terdorong keluar. Dengan menggunakan sistem ini maka akan terjadi pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan, penurunan suhu dan peningkatan jumlah O2 dalam waktu yang sama.

3.1.3    Mechanical Seal
            Adalah suatu alat mekanis yang berfungsi untuk mencegah kebocoran fluida dari ruang/wadah yang memiliki poros berputar. Mechanical Seal harus mendapatkan cairan yang berfungsi untuk pendingin dan pelumas contact face, biasanya cairan tersebut bisa diperoleh dari discharge pompa atau cairan yang dipasok dari luar.
Gambar 3.2 Mechanical Seal

3.2       Analisa Kerusakan Pompa Plan 21
START
           
Analisa Problem Pompa Plan 21
-Kebocoran
-Life Time Part
-Korosi pada part
Penggantian
Mechanical Seal
A1

A1

 









Lanjut ke A2
Lanjutan A1

Prepare Pompa Plan 21
FINISH
A2

A2

 







Gambar 3.3 Proses Analisa Kerusakan Pompa

3.2.1    Check Problem Pompa Plan 21
            Menentukan masalah pada pompa dapat terlihat secara kasat mata dari kebocoran atau tetesan fluida pada pompa.

3.2.2    Problem Mechanical Seal Pompa
            Masalah yang sering terjadi pada pompa ini adalah kerusakan pada Mechanical Seal, kerusakan tersebut diakibatkan oleh tingginya suhu dalam pompa.

3.2.3    Penggantian Mechanical Seal
            Pada proses ini Mechanical Seal tidak bisa diperbaiki dan harus diganti secara keseluruhan.

3.2.4    Prepare Pompa Plan 21
            Setelah Mechanical Seal diganti, proses selanjutnya adalah merapikan atau menata kembali pompa yang telah dibongkar.




3.3       Spesifikasi Pompa 14P7 A/B
Tabel 3.1. Spesifikasi Pompa 14P7A
OPERATING CONDITIONS
Liquid
Water
Disch Press
69.1 Kg/cm²
Suct Press
65.8 Kg/cm²
Hyd Hp
33
CONTRUCTION
Case Mount
Centerline
Impller Type
Close
Bearing Type
Radial Ball, Thrust Ball
Coupling Type
East Spacer Type
Mech Seal
B,Warner
Mech Seal Code
3N4A
MOTOR DRIVE
HP
50
RPM
1500
Bearing
Ball
Manufaktur
g,E
Type
Horis, IND
Lube
Grease
PERFORMANCE
RPM
1460
Effesiensi
77
BHP Rated
42,5
Max BHP Rated Impeller
45
Max Head Rated Impeller
54
Rotation
CCW





























3.4     Permasalahan Mechanical Seal 14P7 A/B
Pompa 14P7 A/B adalah limbah panas sirkulasi boiler, yang pada awalnya menggunakan Mechanical Seal merk Borg Warner tipe Single Spring dan U-Cup serta Seal Flush Plan 23. Umur pakai Mechanical Seal dengan desain tersebut dapat mencapai 2 tahun.
          Pada tahun 1992 Pertamina mengalami kesulitan dalam mencari komponen mech Seal dimaksud di pasaran, sehingga disainnya diganti dengan Mech Seal Durametallic yang dipakai hingga saat ini. Mech Seal Durametallic yang saat ini dipakai tipe Multiple Spring dan O-Ring dengan Seal Flush Plan 21. Permasalahannya adalah Mechanical Seal tersebut mempunyai umur pakai yang pendek, yaitu sekitar 6 bulan. Untuk mendapat umur pakai seperti semula Mechanical Seal 14P7 A/B perlu didisain ulang atau dikembalikan seperti semula (Original Brand). Namun mengingat brand yang lama Borg Warner diakuisisi oleh Flowserve maka sebagai alternatif disain baru atau redisain Mechanical Seal dimaksud dapat merujuk ke standard disain Flowserve.

3.5     Evaluasi Disain Mechanical Seal 14P7 A/B
          Spesifikasi teknis pompa 14P7 A/B adalah sebagai berikut :
1.        Type Pompa/Merk                          :     Centrifugal/UNITED
2.        Liquid                                             :     Water
3.        Pumping Temperature (PT)            :     280 °C     (Normal)
4.        SG at PT                                         :     0.750
5.        Vap. Press. At PT                           :     65.4 kg/cm²A
6.        Capacity                                         :     245 m³/jam      (Normal)
                                                               :     270 m³/jam      (Rated)
7.        Suct. Press                                      :     65.8 kg/cm²G  (Rated)
8.        Disch. Press                                :     69.1 kg/cm²G 
9.        Diff. Head                                      :      44 m
10.    NPSHA                                          :      9.0 m


Spesifikasi teknis Mechanical Seal yang terpasang di 14P7 A/B saat ini :
       Merk                     : Durametallic
       Type                     : Multiple Spring & O Ring
       Flush Plan            : Seal Flush Plan 21
       Umur Pakai          : ± 6 bulan

Umur pakai Mechanical Seal tersebut diatas relatif pendek, hanya sekitar 6 bulan. Kerusakan yang sering terjadi adalah O-ring nya mengeras serta contact face aus dan berwana kemerahan. Dilihat dari kerusakan O-ring yang hangus. Seal flush Plan 21 menggunakan fluida ex-discharge (fluida yang telah diproses di Impeller) pompa bertemperatur tinggi yang disirkulasikan ke dalam chamber melalui orifice dan Cooler . Oleh karena itu temperatur air dari discharge cukup tinggi 280 °C maka Cooler  yang ada diperkirakan tidak mampu menurunkan temperatur air secara signifikan, sehingga kondisi temperatur di dalam Seal chamber masih tinggi.
                       
3.6     Desain Mechanical Seal baru 14P7 A/B
Spesifikasi pompa 14P7 A/B :
Type                       : Single Seal arrangement-1, menggunakan Single Spring                         & U-Cup
Material                  : Rotating face  Tungsten Carbide
                                 Stationari face Carbon
                                 O-Ring Perfluoroelastomer
                                 U-Cup Glass filled teflon
Seal Flush              : Plan 23/62, dengan Cooler  model NX-0750-FW

U-Cup mengunakan suatu gasket yang digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi, berfungsi sebagai bantalan bagi mating face, sehingga kedudukan Rotating face menjadi flexible dan dapat mengkompensasi minor misaligement. Secara umum desain Mechanical Seal DW/2,250 (Model Mechanical Seal) tersebut di atas masih mengacu kepada standard API 682 (Standard acuan industri yang mensyaratkan sebuah mechanical yang baik harus mencapai umur pakai minimal 36 bulan), yaitu :

a.    Kontruksi Cartridge Design yang memberikan kemudahan pada proses pemasangan maupun pelepasan.
b.    Disain Mechanical Seal tersebut diatas termasuk kategori type A Seal arrangement-1 menggunakan single spring stainless steel 316 (sesuai standard API 682 section 3.4).
c.    Material Rotating Face menggunakan Tungsten Carbide dengan batasan temperatur sampai dengan  400 °C, sedangkan material Stationary Face menggunakan Carbon (sesuai standard API 682 section 3.2).
d.   O-Ring menggunakan Perfluoroelastomer dengan batasan temperatur sampai dengan 290 °C (sesuai dengan standard API 682 section 3.5).

Cooler  menggunakan Heat Excharger model NX-0750-FW. Fluida dari Seal chamber bersikulasi melalui tube Cooler  dan didinginkan oleh media pendingin yang berada di dalam shell Cooler . Media pendinginnya direncanakan menggunakan treated water dengan temperatur ± 37 °C dan flow rate 6.5 gpm, sehingga diharapkan temperatur didalam Seal chamber dapat dipertahankan pada 54.6 °C .
            Berkenaan dengan penggantian disain Mechanical Seal tersebut di atas, maka perlu dilakukan modifikasi pada Auxiliary Piping Systemnya. Untuk supply dan return air pendingin diperlukan 2(dua) line pipa Carbon steel. Masing-masing line pipa dilengkapi dengan fasilitas venting dan drain. Spesifikasi material piping system untuk line supply dan return treated water adalan sebagai berikut :
1.      Pipa                     : ASTM A53 B SMLS STL SCH 80
2.      Ellbow 90°          : ASTM A105 SW STL 3000#
3.      Tee                       : ASTM A105 SW STL 3000#
4.      Union                  : ASTM A105 SW STL 3000#
5.      Valve                   : GLOBE VALVE 200# SCRD BRONZE
6.      Nipple                  : ASTM A106 B SCH 80 STL TOE & PBE
7.      Cap                      : ASTM A105 SW STL 3000#

Pompa 14P7 AB, yaitu mengenai permasalahan berulang karena kebocoran Mechanical Seal Pompa 14P7 AB, sebagai berikut :
1.    Tingginya frekuensi kebocoran Mechanical Seal Pompa 14P7 A/B sangat mempengaruhi tingkat kehandalan operasi, dan umur pemakaian yang sangat pendek.
2.    Konfigurasi Seal Flushing  yang masih terpasang menggunakan standard API 682 Plan 21, dimana fluida yang masuk ke dalam stuffing box berasal dari line discharge pada temperatur dan tekanan tinggi (± 280º C dan ± 69 kg/cm²), kondisi ini sangat  mempengaruhi performa komponen Mechanical Seal.
3.    Design awal pompa 14P7 A/B sebelumnya menggunakan konfigurasi API 682 Plan 23  yang menggunakan pumping ring untuk mensirkulasikan fluida di dalam stuffing box. Fluida yang berasal dari stuffing box disirkulasikan terlebih dahulu melalui cooling system (heat exchanger), sehingga fluida yang digunakan sebagai pendingin Mechanical Seal.

Dengan beberapa kondisi diatas, maka direkomendasikan agar desain Seal Flushing  Mechanical Seal pompa 14P-7A/B dikembalikan ke desain awal, yang memiliki pumping ring dengan konfigurasi API 682 Plan 23, diketahui bahwa desain tersebut terbukti mencapai umur pakai ±2 tahun.

3.6.1   Modifikasi Mechanical Seal Pompa 14 P 7 A/B - WHB Circulating Water Pump
Melanjutkan perihal hasil Technical Audit tertanggal 31 Maret 2004 dengan pembahasan perihal tingginya frekuensi kebocoran mech Seal pompa 14 P 7 A/B, berikut disampaikan bahwa konfigurasi Seal flush terpasang adalah API Plan 21 dengan mech Seal terpasang merk Dura Seal. Dari data blue book, konfigurasi Seal flush terpasang seharusnya adalah API Plan 23 dengan mech Seal merk merk Borg Marner. Dengan konfigurasi Seal flush API Plan 21seperti terpasang saat ini dibutuhkan pengerjaan secara bersamaan pada saat start up pompa (baik perpenggerak turbin maupun motor), aliran Flushing  dari discharge pompa ke mech Seal harus diatur dengan bukaan valve. Jika saat start up, bukaan valve Seal flush terlalu besar, akan menyebabkan Mechanical Seal menerima tekanan dan temperatur tinggi dari discharge pompa, sehingga Mechanical Seal mengalami overheating dari kerusakan, yang umumnya terjadi pada o-ring dan Seal Face.
Berdasarkan API standard 632, pada konfigurasi Seal flush API Plan 23 untuk pompa dengan service air temperatur tinggi (BFW dan WHB Circulating Water Pump), aliran Flushing  diambil dari stuffing box yang disirkulasikan oleh circulating ring dan efek thermosiphon. Pengerjaan start up pompa lebih mudah karena tidak diperlukan pengaturan bukaan valve, dengan demikian potensi terjadinya over flow Flushing  serta over heat dapat dihilangkan. Saat pompa berhenti kondisi mech Seal akan tetap baik karena air tetap tersirkulasi oleh adanya efek thermosiphon.
                                                
Gambar 3.4 Sketsa C-6-Standard Seal Flush Plan 21


Gambar 3.5 C-6-Standard Seal Flush Plan 21

            Untuk pompa 14P7 A/B, konfigurasi standard Seal flush API Plan 21 menyebabkan temperatur stuffing box sangat tinggi, karena sumber pelumas yang diambil langsung dari discharge pompa dengan temperatur yang tinggi sekitar 280ºC. Untuk pada pompa berpenggerak motor kondisi ini menyebabkan thermal shock dan merusakkan O-ring selain itu daya lubrikasi air pada temperatur diatas 80ºC sangat rendah serta kemungkinan terjadi evaporasi pada Seal Face yang menyebabkan keausan Seal Face.

Gambar 3.6 Sketsa C-8-Standard Seal Flush Plan 23

Gambar 3.7 C-8-Standard Seal Flush Plan 23

             Konfigurasi standard Seal flush API Plan 23 adalah pilihan yang tepat untuk fluida yang bertemperatur tinggi, khususnya Boiler Feed Water dan beberapa service hidrokarbon. Konfigurasi ini juga digunakan untuk mendinginkan fluida sehingga didapatkan margin cukup besar antara vapor pressure fluida dengan Seal chamber pressure. Cooler  pada API Plan 23 ini hanya membuang panas akibat gesekan Seal Face dan rambatan panas dari fluida, sehingga cover duty menjadi lebih rendah serta memperpanjang umur Cooler . Keuntungannya adalah efisiensi energi tinggi serta usia Seal lebih.
Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat dilakukan start up (khususnya pompa berpenggerak motor) tidak terjadi thermal shock, temperatur dalam stuffing box lebih kecil dari 80ºC sehingga spesifikasi material o-ring yang digunakan cukup menggunakan Viton dan cukup menggunakan satu Cooler  sesuai disain awal. Pada kondisi pompa ideal pendinginan di dalam stuffing box berlangsung secara natural dengan prinsip thermosiphon, fluida dengan temperatur lebih tinggi akan bergerak naik menuju Cooler  dan fluida dengan temperatur lebih rendah bergerak turun menuju stuffing box. Ketentuan umum yang berlaku (rute of thumb) untuk posisi Cooler  Seal flush API Plan 23 adalah sekitar 21 inch atau 0,5 m diatas garis tengah shaft pompa untuk memungkinkan efek thermosiphon bekerja pada kondisi pompa ideal. Dengan konfigurasi Seal flush API Plan 23 tidak diperlukan pengaturan flow Flushing  liquid ke stuffing box, baik menggunakan valve maupun orifice.

3.7         Evaluasi
3.7.1  Kebocoran Mechanical Seal pada Pompa 14P7 A PLAN 21
Kebocoran Mechanical Seal pompa 14P7A karena Seal Face yang ada pada mech Seal aus atau menipis akibat gesekan dan kurangnya pelumasan pada Mechanical Seal. Dalam pengoperasiannya Mechanical Seal  harus tercelup sepenuhnya (100%) di dalam cairan, ini untuk  menghindari  kondisi kekeringan (dry running) yang bisa menyebabkan kerusakan habisnya permukaan (end faces) Mechanical Seal. Selain itu Mechanical Seal harus mendapatkan cairan yang berfungsi untuk pendingin dan pelumas contact face, biasanya cairan tersebut bisa diperoleh dari discharge pompa atau cairan yang dipasok dari luar.
Kebocoran Mechanical Seal pada pompa 14P7A pada Plan 21 disebabkan oleh tingginya temperatur fluida yang digunakan untuk melumasi Mechanical Seal. Fluida yang temperaturnya mencapai ± 280 °C itu adalah fluida yang dihasilkan oleh proses kerja Impeller. Karena gerakan berputar dari Impeller maka cairan yang terdapat pada bagian tersebut ikut berputar akibat gaya sentrifugal yang terjadi, air didesak keluar menjauhi pusat, dan masuk dalam ruangan antara keliling Impeller bagian luar dan rumah pompa, dan menuju ke saluran keluar (discharger). Karena adanya putaran pada Impeller temperatur fluida berubah dan naik lebih tinggi dari temperatur awal, fluida yang di proses tersebut keluar melalui discharger dan sebagian adalah fluida yang digunakan untuk melumasi Mechanical Seal. Fluida tersebut akan keluar ke saluran discharger dan sebagia fluida mengalir dan masuk ke Cooler  (pendingin), untuk disirkulasikan atau tempat dimana pengurangan temperatur yang awalnya tinggi menjadi lebih rendah dari sebelumnya, kemudian fluida yang disirkulasikan itu di alirkan ke Mechanical Seal untuk melumasi Mechanical Seal dan untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada komponen Mechanical Seal yaitu Seal Face  berputar  (Rotating) dan Seal Face yang diam (Stationary).
Gambar 3.8 Bagian Rotating dan Stationary
            Karena terjadinya gesekan  atau kontak face Mechanical Seal  membutuhkan pelumas untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada kedua Seal Face tersebut. Namun fluida yang disirkulasikan pada Cooler  itu tidak mampu melumasi Mechanical Seal karena tingginya temperatur menjadikan fluida berupa boiling water (air mendidih). Sedangkan fluida yang dibutuhkan Mechanical Seal untuk melumasi komponen Mechanical Seal adalah fluida yang bertemperatur rendah atau dingin. Cooler  tidak mampu menurunkan temperatur fluida dengan signifikan yang diambil dari discharger tersebut, dan akibanya adalah Seal Face saling bergesekan dan salah satu Seal Face tersebut akan aus karena kurangnya pelumasan yang didapat pada Mechanical Seal. Dengan keausan Seal Face maka akan terjadi kebocoran pada Mechanical Seal.



3.8         Part yang sering rusak pada Mechanical Seal
3.8.1  Seal Face
Adalah bagian paling penting, paling utama dan paling kritis dari sebuah Mechanical Seal dan merupakan titik primary Sealing. Terbuat dari bahan Carbon dengan serangkaian teknik pencampuran, atau keramik atau  Ni-resist, atau Silicone Carbide atau Tungsten Carbide. Permukaan material yang saling bertemu(contact) dibuat sedemikian halusnya hingga ketidakrataan permukaan mencapai 1 hingga 2 lightband.
Ketarangan gambar : A. Keausan pada Seal Face.
                                     B. Retak Pada Seal Face.
Gambar 3.9 Keausan pada Seal Face

Gambar 3.10 Seal Face
3.8.2   Shaft Sleeve
Adalah sebuah bushing/adapter yang berbentuk selongsong yang terpasang pada shaft dengan tujuan melindungi shaftakibat pengencangan baut/screw MechanicalSeal.
Keterangan gambar : A. Kedudukan Seal Face pada Shaft Sleeve yang haus.
Gambar 3.11 Shaft Sleeve
3.8.3   Impeller
Impeller adalah semacam piringan berongga dengan sudu-sudu melengkung di dalamnya dan dipasang pada poros yang digerakkan oleh motor listrik, mesin uap atau turbin uap
Keterangan gambar : A. Terciptanya getaran dan putaran yang tidak stabil akibat
   impeller yang mulai termakan kedudukannya.
Gambar 3.12 Impeller
3.8.4   Bearing
Bearing adalah alat yang memungkinkan terjadinya pergerakan relatif antara dua bagian dari alat atau mesin, biasanya gerakan angular atau linear. Dengan adanya Bearing, gesekan antara dua bagian tersebut menjadi sangat minim dibandingkan tanpa Bearing. 
Keterangan gambar : A. Keausan dan kerusakan pada bering.
Gambar 3.13 Bearing
3.8.5   Shaft
Shaft adalah as/bagian poros sebuah alat dan merupakan bagian utama dari mesin-mesin yang berputar. Buku manual mesin-mesin lebih sering menggunakan kata shaft dibandingkan as.
Keterangan gambar : A. Shaft yang berputar dengan tidak stabil.
Gambar 3.14 Shaft Pompa 14P7A

3.9         Penyebab Cooler  pada pompa 14P7A Plan 21 tidak mampu mensirkulasikan fluida untuk pelumasan Mechanical Seal
Karena Cooler  pada pompa Plan 21 mendapatkan fluida langsung dari discharger. Fluida yang langsung dari discharger itu temperaturnya tinggi mencapai ± 280 °C dan mengalir ke Cooler  untuk didingikan untuk melumasi Mechanical Seal, namun tingginya temperatur fluida Cooler  pada Plan 21 tidak mampu menurunkan temperatur dengan signifikan. Dengan temperatur yang disirkulasikan oleh Cooler  fluida tidak mampu melumasi Mechanical Seal dan pada akhirnya komponen – komponen pada Mechanical Seal bergesekan dan komponen yang bergesekan itu perlahan akan menipis dan habis abibatnya akan terjadi kebocoran pada pompanya karena kurangnya pelumasan pada Mechanical Seal.
Berbeda dengan Cooler  yang terdapat pada pompa Plan 23 yang mendapatkan fluida untuk pelumasan Mechanical Seal langsung dari Impeller kemudian fluida dipompakan untuk di alirkan ke Cooler  untuk disirkulasikan agar temperatur fluida menurun dan fluida bisa melumasi Mechanical Seal. Fluida yang didapat dari Impeller tersebut temperaturnya tidak terlalu tinggi karena fluida itu belum diproses oleh Impeller, dan kerja Cooler  pada Plan 23 tidak terlalu berat berbeda dengan Cooler  pada Plan 21 yang mendapatkan fluida langsung dari discharger yang terperaturnya tinggi karena fluida telah diproses oleh Impeller. Pada pompa Plan 23 terdapat pompa pada Mechanical Seal yang berfungsi untuk memompa fluida yang dialirkan ke Cooler , sedangkan pada pompa Plan 21 Mechanical Sealnya tidak mempunyai pompa seperti Mechanical Seal pada pompa Plan 23. Karena tingginya temperatur fluida pada pompa Plan 21 umur atau usia Mechanical Seal tidak terlalu lama atau berumur pendek, karena kurangnya pelumasan pada Mechanical Seal yang menyebabkan ausnya komponen-komponen pada Mechanical Seal. Sedangkan pada pompa Plan 23 itu usianya akan lebih lama dari pada pompa Plan 21, karean pelumasan pada Plan 23 cukup sempurna karena fluida yang digunakan untuk melumasi Mechanical Seal temperaturnya tidak terlalu tinggi dan kerja Cooler pun tidak terlalu berat dan fluida bisa melumasi Mechanical Seal dengan baik.
3.9.1   Perbedaan pompa Plan 21 dengan pompa Plan 23
Tabel 3.2 Perbedaan Pompa Plan 21 dengan Pompa Plan 23
Perbedaan
Plan 21
Plan 23
Motor Penggerak
Turbin Uap
Motor
Sumber Flushing
Discharge
Impeller
Penentuan RPM
Bisa di tentukan dengan kebutuhan
Tidak bisa ditentukan
Kecepatan Running
Tidak Langsung Running (Membutuhkan Waktu)
Langsung Running
Mechanical Seal
Tidak ada Pompa pada Mech Seal nya
Terdapat Pompa pada Mech Seal nya
                                    
3.10     Fungsi Flushing  untuk Mechanical Seal
Karena komponen yang ada pada Mechanical Seal membutuhkan pelumasan untuk mencegah dan mengurangi gesekan antara Seal Face yang berputar (Rotating) dan Seal Face yang diam (Stationary). Ketika dua buah benda saling bertemu antara benda yang diam dan benda yang bergerak atau berputar dan bergesekan maka salah satu dari benda itu akan kalah atau habis. Seperti Mechanical Seal, didalam Mechanical Seal terdapat Titik utama pengeblokan dilakukan oleh dua Seal Face yang permukaannya sangat halus dan rata. Gesekan gerak berputar antara keduanya meminimalkan terjadinya kebocoran. Satu Seal Face berputar mengikuti putaran shaft, satu lagi diam menancap pada suatu dinding yang disebut dengan Glandplate.
Material dua Seal Face itu biasanya berbeda. Salah satu biasanya bersifat lunak, biasanya Carbon-graphite, yang lainnya terbuat dari material yang lebih keras seperti silicone-carbide. Pembedaan antara material yang digunakan pada Stationary Seal Face dan Rotating Seal Face adalah untuk mencegah terjadinya adhesi antara dua buah Seal Face tersebut. Pada Seal Face yang lebih lunak biasanya terdapat ujung yang lebih kecil sehingga sering dikenal sebagai wear-nose (ujung yang bisa habis atau aus tergesek). Mengingat bahwa hanya Seal Face yang merupakan letak keausan sebuah Mechanical Seal, maka jika aus, akan bisa diketahui dari habisnya bagian ujung Carbon Seal Face.

3.10.1     Cara Mengatasi Kebocoran Pada Pompa 14P7A Plan 21
Cara mengatasi kebocoran yang sering terjadi pada pompa 14P7A Plan 21 dan cara mengatasi agar lebih awet atau lebih lama usianya adalah mengganti komponen seperti komponen pada pompa 14P7B Plan 23, yaitu mengganti sistem cara pelumasan agar pompa Plan 21 mampu melumasi Mechanical Seal  nya dengan cara mengganti proses pengambilan fluida atau Flushing . Yang awalnya pompa Plan 21 mendapatkan fluida langsung dari discharge yang terperatunya sangat tinggi, sehingga Cooler  tidak mampu sepenuhnya mensirkukasikan fluida untuk melumasi mech Seal karena temperatur fluida sangat tinggi, yang menyebabkan terjadinya gesekan antara Seal Face Rotating dengan Seal Face Stationary yang mengakibatkan ausnya salah satu Seal Face dan bocornya Mechanical Seal pada pompa Plan 21. Cara yang harus dilalukan agar fluida dapat melumasi Mechanical Seal dan mengurangi terjadinya gesekan pada Seal Face Rotating dan Seal Face Stationary adalah dengan cara mengganti proses pengambilan fluida Plan 21  Plan dengan cara merubah Mechanical Seal Plan 21 diganti menjadi Mechanical Seal Plan 23 yang memiliki pompa pada Mechanical Sealnya yang dapat memompakan fluida dari Impeller ke Cooler dan disirkulasikan ke Mechanical Seal agar dapat melumasi komponen yang terdapat pada Mechanical Seal khususnya untuk kompenen yang membutuhkan pelumasan seperti sael face yang saling bergesekan.
Apabila pelumasan pada Mechanical Seal pada pompa 14P7A Plan 21 menggunakan fluida yang bertemperatur rendah dan kemudian dapat disirkulasikan pada Cooler, maka kerja Cooler  akan lebih mudah, tidak seperti sebelumnya yang mendapatkan fluida dari discharger yang temperaturnya sangat tinggi, fluida yang didinginkan fluidanya berupa air,  maka fluida mampu melumasi Mechanical Seal, Seal Face yang saling bergesekan akan dapat dilumasi dan akan mengurangi gesekan antara Seal Face dan Seal Face pun akan tahan lama atau usianya akan lebih lama dari biasanya. Dan proses kerja pompa pun tidak akan terganggu lagi akibat bocornya Mechanical Seal tersebut.

3.11          Analisa Pompa
Analisis ini akan mencakup beberapa bagian yaitu ketika sistem perpompaan dengan keadaan ideal (sesuai spesifikasi), perubahan beban (load) pada motor induksi, dan ketika parameter motor berubah – ubah. Keluaran sistem perpompaan yang dianalisa adalah daya listrik motor induksi, torsi impeller, head dan debit fluida. Hasil dari analisis akan dilakukan pembahasan setiap sub sistem dan pada keseluruhan sistem monitor sehingga dapat diketahui penyebab dari turunnya kinerja pompa. Simulasi sistem perpompaan ini mencakup suplai daya elektrik dari motor induksi dengan sumber arus dan tegangan bolak – balik (AC) 3 fase, torsi yang dipengaruhi putaran as motor induksi dan debit fluida yang dipindahkan oleh impeller.

3.11.1 Analisa Simulasi Sistem Perpompaan Keadaan Ideal
Masukan arus dan tegangan motor induksi yang berasal dari konduktor disesuaikan dengan spesifikasi, yaitu tegangan suplai sebesar 380 Volt dan arus listrik sebesar 193 Ampere. Faktor daya diatur dalam perbedaan fasa antara tegangan dan arus listrik, dimana arus listrik akan tertinggal dikarenakan beban induktif dari motor induksi. Untuk rugi – rugi daya, perhitungan parameter sirkuit ekuivalen menggunakan datar dari spesifikasi. (datasheet). 

BAB IV
PENUTUP
4.1.       Kesimpulan
            Dari hasil pembahasan kerusakan Mechanical Seal pada pompa 14P7 A/B di PT. Pertamina RU IV Cilacap, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Kebocoran Mechanical Seal pada Pompa 14P7A Plan 21 adalah kurangnya pelumasan pada Mechanical Seal pompa plan 21 yang menyebabkan adanya gesekan antara seal face  rotating dengan seal face  stationary.
2.      Karena terjadinya gesekan antara seal face  maka salah satu dari seal face  tersebut akan aus, karena seal face  adalah komponen yang lunak.
3.      Kurangnya pelumasan pada pompa plan 21 disebabkan karna cooler tidak mampu mensirkulasikan fluida yang digunakan untuk melumasi Mechanical Seal tersebut, karena temperatur fluida yang sangat tinggi. Karena fluida berasal dari discharge yaitu fluida dari hasil kerja impller.
4.      Cara mengatasinya adalah mengganti Mechanical Seal dan merubah cara pengambilan flushing yaitu seperti pada pompa plan 23.
5.      Komponen yang sering rusak pada bagian Mechanical Seal adalah Seal face, Shaft sleeve, Impeller, Bearing dan Shaft.



4.2.       Saran
            Untuk mengurangi resiko kerusakan dan menambah umur pompa, perlu dilakukan pemeliharaan (Maintenance) secara rutin. Dalam melakukan pemeliharaan (Meintenance) pada pompa harus sesuai dengan prosedur yang ada, maka dapat menimbulkan masalah pada pompa dan mengakibatkan terganggunya proses produksi yang berlangsung. Selain itu adanya pemeliharaan yang terjadwal akan mengurangi terjadimya kerusakan pada pompa saat proses produksi


Sumber : Bahrul Luthfi Nasution, UNIVERSITAS GUNADARMA



DAFTAR PUSTAKA



[1]       American Petroleum Institute. 1994. Shaft Sealing System for Centrifugal and Rotary Pumps API Standard 682. Washington, D.C.: American Petroleum Institute
[2]       Bachus, Larry, Angel Custodio. 2003. Know and Understand Centrifugal Pumps. Oxford: Elsevier
[3]       Budynas-Nisbett. 2006. Shigley’s Mechanical Engineering Design Eight Edition. USA: McGraw-Hills
[4]       Flitney, Robert. 2007. Seals and Sealing Handbook Fifth Edition. Oxford: Elsevier
[5]       Girdhar, Paresh, Octo Moniz. 2005. Practical Centrifugal Pumps. Oxford: Elsevier
[6]       Irwan, Ir. H. 2005. Kehandalan Mechanial Seal&Bearing. Dumai: PT Pertamina (Persero) UP-II Dumai
[7]       Karassik, Igor, Joseph P. Messina, dkk.. 2001. Pump Handbook Third Edition. USA: McGraw-Hill
[8]       Lobanoff, Val S., Robert R. Ross. 1992. Centrifugal Pumps Design & Application Second Edition. USA: Butterworth-Heinemann
[9]       Nelik, Lev. 1999. Centrifugal and Rotary Pumps Fundamentals With Application. USA: CRC Press LLC
[10]     McNally, Billy. Mechanical Seal Hydraulic Balance. http://www.mcnallyinstitute.com/08-html/8-01.html. Diakses pada: 23 Juni 2014
[11]     McNally, Billy. Heat, How It Affects The Pump and Mechanical Seal. http://www.mcnallyinstitute.com/01-html/1-04.html. Diakses pada: 23 Juni 201